YOU'RE NUMBER....

11434

I Loved You

    Aku tetap berjalan kedepan menembus waktu, lurus, tak pernah ku alihkan pandanganku kearah lain. Tikungan - tikungan yang ada, belokan - belokan yang terlihat jelas di depan mataku, ku abaikan. Lebih dari 1000 jam waktu telah kubuang, tak kutemukan juga kau. Putus asa, gelisah, merasuki jiwaku. Kemanakah ku harus mencari? Aku terus berjalan lurus, sebenarnya aku ragu, aku ingin mencoba belok ke arah lain. Tapi apa boleh buat, aku sendirian. Tidak ada tempat bertanya. Aku takut. Yang ku punya hanya keyakinan, yaitu aku harus terus mengejar impian terbesar dalam hidupku. Impian yang tak mungkin pernah tercapai. Aku hanya berharap. Berharap Tuhan selalu mendengar setiap rangkaian kata yang ku lontarkan didalam hati. Terpendam. Terpendam ribuan kilometer oleh luka, sakit, dan asa yang sedang ku rasa. Sejauh apapun aku mencari tak kutemukan juga kau,  hanya ingin menyentuh lekuk tubuhmu saja pun rasanya mustahil. Aku dan kau bagaikan minyak dan air yang tak pernah bisa disatukan walau bumi ini hancur sekalipun oleh barang asing dari luar angkasa. Ya. Ini tentang kamu. Kamu yang tak mungkin menjadi milikku. 30 bulan telah kulewati dengan angan-angan tentangmu. 30 bulan telah aku lewatkan dengan percuma hanya untuk menunggu seseorang yang kusentuh pun tak bisa. Untuk seseorang yang hanya bisa ku pandang senyumannya dari kejauhan. Hancur. Ya hatiku hancur. Kau mengabaikan aku dan menganggap aku tiada arti. Setiap nasihat dan rangkaian kata motivasi yang telah dihembuskan ke telinga kanan dan kiri ku, tak kudengar. Semua itu karena kau. Karena kau. Cintaku padamu telah membutakan segalanya.
    Sekarang aku tersadar. 30 bulan bukanlah waktu yang singkat. Seharusnya dalam waktu 30 bulan itu dapat ku manfaatkan semaksimal mungkin untuk melupakanmu. Gagal. Aku selalu gagal dalam hal ini. Seandainya 'move on' dijadikan lomba, mungkin aku akan berada di urutan terakhir. Aku tau, apa yang seharusnya aku lakukan. Tapi bayanganmu telah melekat diotakku, bagaikan tulisan yang telah terukir di atas papan kayu.
    Akhirnya aku memutuskan untuk tidak berjalan mundur kebelakang, masuk kedalam zona masa lalu. Kau masa laluku. Takkan lagi kucoba untuk berjalan mundur kebelakang hanya untuk bertemu denganmu. Kesetiaan? Aku tidaklah peduli itu lagi. Menurutku, kesetiaan dan kebodohan hanya berbeda tipis, setipis kertas, bahkan kita sulit untuk membedakan, apa itu kebodohan dan apa itu kesetiaan. Sekarang, aku tetap berjalan kedepan, tapi aku mengubah haluan hidupku, aku berbelok kearah lain dimana aku melihat seberkas cahaya. Sekarang aku tau aku harus berjalan kemana. Ya, menuju cahaya itu. Dimana aku akan bangkit dari masa lalu, dan beranjak ke masa depan.
   Aku tidak menyesal telah mencintaimu, dengan mencintaimu aku belajar banyak hal. Aku akhirnya tau, kebodohan dan kesetiaan berbeda tipis. Aku akhirnya merasakan bagaimana mencintai orang dengan tulus. Kamu juga memberikan banyak inspirasi bagiku untuk menulis. Dan tak pernah kusesali itu. Soal sakit, asa, dan luka yang mendalam yang pernah kurasa, kurasa akan terobati seiring jalannya waktu. Perlahan, tapi pasti. Thanks for everything you ever taught me. Ini adalah 3 kata terakhir untukmu:


I LOVED YOU. 

No comments:

Post a Comment