I Loved You
Sekarang aku tersadar. 30 bulan bukanlah waktu yang singkat. Seharusnya dalam waktu 30 bulan itu dapat ku manfaatkan semaksimal mungkin untuk melupakanmu. Gagal. Aku selalu gagal dalam hal ini. Seandainya 'move on' dijadikan lomba, mungkin aku akan berada di urutan terakhir. Aku tau, apa yang seharusnya aku lakukan. Tapi bayanganmu telah melekat diotakku, bagaikan tulisan yang telah terukir di atas papan kayu.
Akhirnya aku memutuskan untuk tidak berjalan mundur kebelakang, masuk kedalam zona masa lalu. Kau masa laluku. Takkan lagi kucoba untuk berjalan mundur kebelakang hanya untuk bertemu denganmu. Kesetiaan? Aku tidaklah peduli itu lagi. Menurutku, kesetiaan dan kebodohan hanya berbeda tipis, setipis kertas, bahkan kita sulit untuk membedakan, apa itu kebodohan dan apa itu kesetiaan. Sekarang, aku tetap berjalan kedepan, tapi aku mengubah haluan hidupku, aku berbelok kearah lain dimana aku melihat seberkas cahaya. Sekarang aku tau aku harus berjalan kemana. Ya, menuju cahaya itu. Dimana aku akan bangkit dari masa lalu, dan beranjak ke masa depan.
Aku tidak menyesal telah mencintaimu, dengan mencintaimu aku belajar banyak hal. Aku akhirnya tau, kebodohan dan kesetiaan berbeda tipis. Aku akhirnya merasakan bagaimana mencintai orang dengan tulus. Kamu juga memberikan banyak inspirasi bagiku untuk menulis. Dan tak pernah kusesali itu. Soal sakit, asa, dan luka yang mendalam yang pernah kurasa, kurasa akan terobati seiring jalannya waktu. Perlahan, tapi pasti. Thanks for everything you ever taught me. Ini adalah 3 kata terakhir untukmu:
I LOVED YOU.
bolognese ft. carbonara
these are what I've done yesterday.
I learn how to make the perfect pasta with the bolognese and carbonara sauce.
These are the results!
Fettucini Bolognese with Chicken
Fettucini Carbonara wih Meat slices and Mushrooms
After learning how to make those yummy foods, I went to my friend's house to bake a cake.
Chocolate Cake with Melt CHocolate
GOODBYE :)
*p.s: if you want to try to make those foods. just contact me on twitter! I'll give you the recipe ;)
twitter: @larissayuanita :)
xoxo,
larissayuanita
art of food
today, because I have nothing to do at home
so, i try to make
Fettucini Aglio Olio
What's Fettucini Aglio Olio?
Yesterday, I was searching pasta recipe in the internet and suddenly i found this recipe.
Materials that I used to cook this fettucini was
2 tablespoons of olive oil
2 garlic, crushed
500 medium-size shrimp, discarding the head and skin (or can be replaced tuna / smoked beef)
20 g parsley, chopped
1 lemon, take the water
1/2 teaspoon of salt
Pasta:
1 L water
350 g spaghetti pasta types
1 tablespoons olive oil
3 cloves garlic, finely chopped
First, you have saute the garlic until it smells good
Then, put the other materials and saute
Third, prepare the water and put the pasta into the boiling water.
After boiling, lift the pasta and saute the pasta with the other materials that you've made.
Stir it.
Serve while hot!!
I've tried that recipe, but the pasta's taste for me is not so good.
I think I must give more prawnm because the prawn has the sourness, so if you eat the pasta with the prawn, the taste would be so much better.
This is my hand-made pasta ;
after cooking, I try to decorate the fettucini and take the photo.
WANNA TRY? ;)
but overall it's really yummy :D
sorry for my very bad english
xoxo,
@larissayuanita
it's (not) over
different? i think it's not me :P
Third, after finishing the exams.
my bestfriend, ivana went to my house.
we made a cover of just a dream by nelly!
i know it's not the best, but i think it was a nice try :P
because it's a lil bit too fasttttttt
here is the link, check it out! :)
:)
Fourth, I'll miss 8.1 so muchhh!
today is the last day with 8.1 but i don't go to school today because i'm really-really sleepy, idiot reason rite? :O
I LOVE YOUU EIGHT-ONEE AND I'M GONNAAA MISS YOUU ALL SO MUCHHH :*
Fifth, joanna is flying to china todayyyy!!
I'm gonna miss her so muchhh.
we're just like idiots girl waiting for love?? :O kiddinggg:P
SO THAT'S ALL!
This is just the beginning of all!
xoxo,
@larissayuanita
Aku Tak Takut Akan Kematian
Aku Tak Takut Akan Kematian
Dari ujung kepala sampai ujung kaki ku bergetar tiada henti . Keringat dingin pun mulai membasahi tubuhku. Aku sangat gelisah mendengar obrolan mereka. Aku mendengarkan percakapan mereka dibalik tembok. Dokter berkata pada ibu bahwa umurku takkan lama lagi. Andai tadi aku tak mendengar percakapan mereka, pasti aku tak akan panik seperti ini mendengar berita yang sempat membuat jantungku berhenti untuk sejenak. Aku tak bisa menerima ini semua. Umurku masih sangat muda, tapi kenapa Tuhan tega mengambil nyawa ku? Begitu banyak pergumulan dalam pikiran dan hatiku. Aku berlari menuju kamar rawatku, naik ke ranjang dan menghapus air mata yang sempat jatuh diatas wajahku. Seolah tak mendengar apapun, seolah tak ada yang terjadi. Aku segera menenangkan pikiranku dengan tidur sejenak.
Aku belum sepenuhnya tertidur. Telingaku mendengar suara pintu terbuka. Aku yakin itu pasti ibu. Aku tetap berpura-pura tidur. Seseorang duduk di sebelah ku dan berkata: “Aku bersama-sama dengan kamu.” Dengan cepat aku membuka mataku, suara itu bukan suara ibu. Melihat sekelilingku, tak ada satupun orang. Suara itu suara lelaki yang telah dewasa, aku yakin itu. Tapi kenapa tak ada satu orangpun di sekitarku? Lalu, suara pintu terbuka, dan suara lelaki dewasa itu datangnya darimana?
Keesokkan paginya, ibu menjengukku. Dia tak menceritakan apa yang telah dokter katakan padanya. Mungkin ibu tak mau melihat aku sedih. Aku mulai bertanya pada ibu, apakah yang dikatakan dokter padanya. Ibu hanya menjawab, hasil tes nya belum keluar,nak. Aku hanya bingung kenapa ibu tak mau memberitauku apa yang sebenarnya akan terjadi.
Tiba-tiba, seorang lelaki separuh baya datang sambil membawa alkitab. Ibu berkata, karena aku sudah lama tak pergi ke gereja, dia memanggil pak Pendeta, agar aku tetap dekat dengan Tuhan. Karena, selama dirumah sakit, aku hanya berdoa. Aku tak membaca Firman Tuhan. Hari ini, pak Pendeta, sebut saja Pak Jos, mengawali ibadah dengan berdoa. Dalam tiap tuturan kata yang diucapkan oleh Pak Josh, membuatku melupakan sejenak perkataan dokter pada ibu kemarin.
Dia mulai memberikan aku sedikit pencerahan tentang hidup dan yang paling aku ingat adalah. Nyawa, harta benda, teman, tubuh atau apapun yang ada di dunia ini hanyalah dititipkan kepada manusia. Kita sebagai manusia, hanya perlu merawatnya. Kita tak berhak berkata bahwa semua yang kita miliki adalah milik kita pribad karena itu semua hanya dititipkan Tuhan pada kita untuk membuat manusia belajar tentang pelajaran hidup. Dan semuanya nanti, semua pemberian Tuhan pada kita, harus kita kembalikan pada yang Mahakuasa.
Aku mulai sadar tentang hidup ini. Aku tak berhak berkata bahwa Tuhan tak adil. Seperti contohnya, handphone itu milik Andi, dan itu berarti aku tak boleh berkata bahwa handphone itu milik aku bukan? Seperti halnya hidup ini, hidup ini milik Tuhan. Jadi, aku tak berhak berkata bahwa hidup ini milikku. Lebih tepatnya aku boleh berkata hidup ini dititipkan Tuhan padaku untuk dijaga.
Soal suara lelaki itu, aku yakin itu Tuhan. Dia akan selalu ada di sampingku, walaupun maut akan menjemputku ke tempat lain di atas langit sana. Dia akan selalu melindungiku apapun yang terjadi. Aku tak lagi takut akan kematian dan aku tak memikirkan lagi kapan aku mati. Aku menjalani hidup ini apa adanya, karena masih banyak hal yang dapat aku lakukan. Aku mengisi detik-detik terakhir hidupku dengan anak-anak panti asuhan yang tak seberuntung diriku, dan kegiatan lainnya. Hidupku menjadi jauh lebih berarti. Kematian memang menyeramkan bagiku, sebelum aku mendapatkan pencerahan. Tapi sekarang, menurutku kematian adalah proses dimana nantinya aku akan mendapatkan kehidupan yang kekal dialam yang lain.
xoxo,
@larissayuanita <3
Penghiburan Yang Berarti
Jika menurutmu memaafkan orang lain itu mudah. Aku juga berfikiran begitu. Aku mudah memaafkan orang lain, karena lidah mudah untuk berbohong. Hatiku selalu luluh setiap ada orang yang meminta maaf padaku. Tapi aku sulit untuk melupakan apa yang telah terjadi karena hati yang telah tergores, tidak mudah untuk dipulihkan dalam jangka waktu yang singkat. Dan memori di otak telah merekam segala kejadian yang terjadi. Masa lalu adalah masa lalu, aku dan mereka tak bisa mengubahnya. Menurutku, hanya ada satu cara untuk membuat diriku bahagia, yaitu dengan membuat diriku bosan dengan masa laluku itu, melangkah maju kedepan, dan tinggalkan masa lalu. Begitu sulit. Tapi aku yakin, waktu dapat memulihkan segalanya.
Orang tuaku selalu memanggilku dengan teriak-teriak. Aku benci itu. Padahal aku masih memiliki telinga yang sehat, tak perlu mereka teriak-teriak begitu. Dari kecil mereka menuntut ini itu dari aku. Mereka meminta aku masuk 10 besar. Jika tidak, mereka akan memukuliku. Apakah mereka layak disebut orang tua? Bisa berbuat semena-mena seperti itu tanpa melihat kemampuan pada anak. Kebencian ku bertambah dalam saat orangtua ku mulai membanding-bandingkan ku. Aku mulai berfikir, orang tuaku saja tidak bisa menghargai aku. Bagaimana dengan orang lain?
Aku memang biasa saja dalam soal akademis. Tapi aku selalu berusaha meningkatkan nilaiku. Aku tak seperti Claire yang selalu mendapat juara 1 seangkatan. Aku juga tak secerdas Zara yang dengan mudah mendapatkan beasiswa ke luar negri. Aku benci saat aku dibanding-bandingkan dengan mereka, karena aku tak sepintar mereka. Aku benar-benar benci. Padahal memang aku tak mampu. Mengapa mereka sangat mementingkan nilai akademis hah? Aku pandai bernyanyi, aku mempunyai talenta untuk bermain alat musik, aku juga selalu memiliki inspirasi untuk menulis cerita. Bermain basket pun aku bisa. Padahal mereka itu tak bisa lakukan apa yang bisa aku lakukan. Tapi entah mengapa mereka tak pernah melirik satu pun kemampuanku. Apakah mereka pikir dengan tingginya nilai akademis, menjamin masa depan mereka? Kurasa tidak. Mereka pikir aku manusia yang tak butuh pujian? Kurasa semua orang butuh pujian.
Teman-temanku? Mereka selalu mem-bully aku karena mereka merasa aku ini lemah. Sebenarnya aku tidak lemah. Aku hanya memilih untuk diam. Tapi mereka semakin mem-bully aku, dan memberikan kata-kata yang tidak pantas untuk diriku. Kebencian semakin menumpuk di hatiku.
Untuk kesekian kalinya air mataku menetes diatas teman baikku, Gita. Gita adalah gitar kesayangan yang aku beli sendiri dari hasil aku jualan kecil-kecilan. Mereka semua tak tau betapa terpuruknya diriku. Setiap air mata yang menetes, sangat mengurangi beban dalam hidupku. Aku tak tau aku ini cengeng atau hatiku yang terlalu lembut. Emosi ku sangat tidak stabil. Aku gampang marah, dan aku gampang menangis. Tapi aku tak pernah memperlihatkannya pada orang lain. Aku juga gampang tertawa, tapi sebenarnya aku ini sedih. Mungkin aku ini tipe orang yang memendam segalanya. Bahkan mungkin orang yang telah menyakitiku tak tau bahwa sesungguhnya aku menyimpan dendam pada mereka karena mereka melihat aku baik-baik saja. Aku tak lagi percaya pada ‘sahabat-sahabat’ ku. Sahabat? Itu dulu. Sekarang, aku menganggap mereka itu orang yang patut aku jauhi. Patut aku tendang dari kehidupanku jauh-jauh. Mereka bukannya memberikan aku motivasi, mereka itu malah menjatuhkan mental ku. Mereka fikir aku sebodoh itu?
Tetapi sesuatu telah mengubah hidupku. Aku tak tau apa itu. Tapi aku merasa hidupku berubah sejak aku kembali kepada Tuhan. Entah mengapa saat aku berdoa, hatiku merasa tenang. Aku merasa masih ada pribadi yang mau mendengarkan aku di keadaan aku yang seperti ini. Aku selalu bersyukur atas masalah yang Tuhan berikan kepadaku. Seberat apapun itu.
Suatu hari sehabis aku menceritakan tentang masalahku kepada Tuhan, aku tiba-tiba bertekad untuk bangun dari kesengsaraan ini, karena menyimpan kebencian sama saja dengan menyimpan roti kemana-mana yang pada akhirnya akan busuk jika tidak dimakan. Maksudku, kebencian pada orang lain akan membuatku tambah terpuruk. Lebih baik aku membuang jauh-jauh semua kebencian yang pernah ada, dan mencoba melihat sisi positif dari apa yang telah terjadi.
Masalah orang tuaku, aku telah memaafkan mereka. Aku merasakan hal positif dari mereka melakukan hal itu. Mereka hanya ingin aku lebih dari Claire, dan Zara, saudara sepupuku itu. Aku sadar, mereka sangatlah baik. Mulai sekarang, aku menghormati mereka dan menuruti semua yang mereka mau karena menurutku, mereka hanya ingin yang terbaik untukku walaupun caranya salah.
Sahabat-sahabatku? Oops, maksudku bukan sahabat. Maksudnya orang yang pernah yang menyakitiku. Aku sudah benar-benar bisa memaafkan mereka. Mungkin ini adalah jalan keluar yang Tuhan berikan, karena aku telah kembali kepada-Nya. Dan dari masalah ini, aku mengerti kalau tak semua orang bisa kita percaya. Dan tidak semua teman itu baik. Bisa saja mereka hanya baik diluar, tapi nyatanya mereka membenci kita dan hanya memanfaatkan diri kita untuk kesenangannya.
Aku juga belajar merelakan. Dulu, aku tak pernah rela jika satu teman ku saja pergi dariku. Tapi sekarang, aku tak lagi begitu. Aku benar-benar ikhlas. Karena jika mereka memang cocok untuk menjadi teman kita, mereka akan kembali lagi. Semuanya milik Tuhan, teman dan yang lainnya hanya Tuhan titipkan kepadaku untuk melengkapi cerita hidupku. Dan juga untuk membantu aku untuk membentuk karakter dalam diri agar menjadi pribadi yang jauh lebih baik.
Sekarang pikiranku benar-benar berubah total, dan selama aku hidup, baru kali ini aku merasakan damai dalam hati. Tuhan memberikan penghiburan yang begitu berarti buatku. Dan Dia mengingatkanku bahwa masih banyak sesatu yang dapat di syukuri, daripada terus menuntut lebih. Aku dapat bersyukur karena masih diberikan nafas kehidupan, diberikan orang tua yang begitu memperhatikanku, dan juga talenta yang Tuhan berikan untukku. Untuk masa laluku itu, aku tak pernah menyesal memilikinya. Karena itu yang membuat aku menjadi pribadi yang lebih baik daripada yang sebelumnya.
Tak ada lagi tetesan air mata menetes di atas Gita. Tak ada lagi kebencian dalam hati. Tak ada lagi kata iri terhadap saudara-saudaraku. Yang ada hanyalah kedamaian. Merelakan itu sangat menyenangkan, karena dengan merelakan sesuatu, kita belajar untuk tidak mementingkan ego semata. Dan juga harus belajar untuk menerima diri sendiri. Tak perduli lagi orang lain membicarakan yang jelek tentang diriku, menurutku mereka hanya iri saja dengan kemampuanku.
Terimakasih Tuhan, penghiburan-Mu begitu berarti untuk hidupku. Mulai sekarang dan kedepan nanti, aku akan menyerahkan seluruh hidupku hanya di dalam tangan-Mu. TanpaMu, hidupku takkan berarti. Dan tanpa Mu, aku takkan merasa diri ini berharga.
L
Dengan cepat, wanita berpakaian mewah itu hilang dari pandangan Tigris. Tigris terlalu banyak melamun. Suasana ramai di pesta yang membangunkan Tigris dari lamunannya. Alunan musik menambah heboh suana. Lampu sorot berwarna-warni pun ikut hanyut dalam gelapnya ruangan itu. Tigris memalingkan pandangannya ke bawah karena lampu sorot yang begitu bersinar mengarah ke kedua bola matanya. Dia beranjak dari tempat dimana dia berdiri dan dia mulai melangkah ke arah tempat dimana teman-temannya berada. Satu langkah. Dua langkah. Tiga langkah. Empat langkah. Tigris berhenti di langkahnya yang keempat. Dia merasa menginjak sesuatu, sehingga membuatnya menoleh kebawah untuk yang kedua kalinya. Dengan refleks, ia mengangkat kaki kanannya dan ternyata ada sebuah bandul. Bandul itu entah untuk kalung atau gelang. Bentuknya sederhana. Hanya huruf ‘L’. Tapi Tigris merasa pernah melihatnya. Dan bandul itu persis dengan apa yang pernah ia miliki 7 tahun lalu.
“Eh iya,sorry”. Tigris langsung memasukkan bandul itu ke dalam saku celananya.
“Itu si Elvina, udah mau potong kuenya. Kesana yuk.
“Ehh? Iya,iya. Lo duluan gih, gw mau ambil minum dulu bentar.” Jawabnya gugup.
Sebenarnya Tigris melihat seperti ada seorang wanita yang sedang mencari sesuatu. Sehingga ia menunda waktu sejenak untuk pergi melihat acara potong kue sahabatnya itu. Tigris segera menghampiri wanita itu dan bertanya:
“Kamu nyari ini?” Sambil ia menunjukkan bandul yang ia temukan tadi.
“Eh iya, ketemu dimana?” tanyanya penasaran.
“Tadi gak sengaja pas lewat ketemuin ini aja.”
“Terimakasih ya, bandul ini sangat berarti buat aku. Aku gaktau lagi mesti gimana kalo bandul ini hilang. Kamu temannya Elvina?”
“Iya aku teman sekelasnya. Kamu sendiri?”
“Oh, aku saudara sepupunya. Aku kayaknya pernah ketemu kamu?”
“Aku juga merasa begitu. Tapi dimana ya? Dan aku merasa aku sangat kenal dengan bandul itu.”
“Nama kamu siapa?”
“Aku T......”
Belum sempat Tigris menjawab, seseorang memanggil wanita itu. Wanita itu dipanggil ‘Lex’. Dia langsung mengakhiri pembicaraannya dengan Tigris dan segera menghampiri orang yang memanggilnya itu. Tigris berfikir sejenak. Dia begitu yakin wanita itu adalah Lexie Lestonia. Teman kecilnya dulu. Seseorang yang telah mengubah hidupnya habis-habisan. Sampai akhirnya Lexie harus pergi karena orang tua nya pindah ke luar kota untuk bekerja. Sehingga ia harus ikut dengan orangtua nya. Perpisahan itu membuat mereka hilang kontak kurang lebih 7 tahun karena rumah Tigris kebakaran sehingga semua nomor telepon hilang. Dan terpaksa Tigris pindah rumah. Sampai akhirnya orangtua Tigris menyekolahkan nya di Bandung. Masalah bandul itu. Ia berikan pada Lexie sebagai hadiah ulangtahun nya yang ke 17, tepat sehari sebelum Lexie pergi meninggalkannya. Lexie berjanji, jika mereka bertemu lagi, ia akan mengembalikan bandul itu kepada Tigris sebagai tanda kalau dia telah kembali. Tapi sepertinya Lexie tidak mengenalinya.
Belum sempat sadar dari lamunannya, ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Tigris segera bangun dari kejadian 7 tahun lalu itu.
“Ini, aku kembalikan milikmu!” Lexie menyerahkan bandul itu pada Tigris.
“Kamu tak usah kembalikan ini padaku. Asal kau tak pergi lagi dari ku, itu semua sudah cukup. Sekarang udah punya pacar?”
“Belum. Aku selalu menunggu untuk seseorang. Lelaki yang selalu menyakitiku.”
“Hey, lelaki mana yang selalu menyakitimu?Beritau aku!”
“Lelaki itu sekarang ada didepanku.”
“Kamu bercanda?Aduh.”
“Hahaha, iya laki-laki itu kamu. Keras kepala, sombong, yang dulu selalu menyakitiku.”
“Lupakan masa lalu! Sekarang kita sudah bertemu lagi. Maukah kamu menjalani hidup bersamaku?”
“Iya. Aku mau.”